Jumat, 25 November 2011

TULISAN 2



BreadTalk, Franchaise Asal Singapura

Sejarah BreadTalk

Roti mungkin memang menjadi makanan pokok bagi orang-orang Amerika dan Eropa, namun pada masa kini, oarng-orang timur pun yang selalu terbiasa dengan beras sekarang mulai perlahan-lahan beralih dan terbiasa dengan roti. Roti menjadi makanan pengisi perut di saat senggang. Sekarang pun dapat kita lihat berbagai toko roti yang bermunculan dimana-mana, contohnya Holland Bakery, Monami, Sari Roti, Roti Buana dan masih banyak lagi toko roti lain yang bermunculan pada masa sekarang ini. Namun, toko-toko roti tersebut sebagian besar masih menawarkan pemasaran tradisional yang hanya memasarkan hasil produksi roti kepada konsumen. Mari kita bandingkan dengan Breadtalk, sebuah toko roti bernuansa modern yang mulai menerapkan pemasaran baru yaitu experiental marketing yang memasarkan hasil produksinya untuk dapat dirasakan lebih oleh konsumennya dengan membuka gerai-gerai yang menarik, dan memperlihatkan proses produksi mereka kepada konsumen. Dan yang menambah rasa tertarik konsumen untuk mendatangi gerai-gerainya karena mereka mencium aroma yang sangat menggiurkan
Breadtalk sendiri didirikan di Singapura oleh George Quek dan di Indonesia sendiri, pemegang lisensi sekaligus franchisor pertama di luar Singapura dipegang oleh Johnny Andrean, seorang penata rambut terkemuka di Indonesia. Gerai Breadtalk pertama di Indonesia dibuka di Mal Kelapa Gading 3 No. G-14 pada tanggal 29 Maret 2003. Breadtalk langsung mempergunakan pemasarannya yang lain dari toko roti lain dan lebih inovatif, kreatif, dan berkualitas sehingga mampu mengundang banyak konsumen, yang menyebabkan antrian panjang untuk membeli produk tersebut.
Di negara asalnya, Singapura, BreadTalk juga mendapatkan penghargaan sebagai Singapore Promising Brand Award, Most Popular Brand 2002, Singapore Promising Brand Award, Most Distinctive Brand 2003-2004 versi Association of Small and Medium Enterprise (ASME).

BreadTalk menghadirkan pelayanan baru yang memudahkan para konsumer setianya dengan layanan

BREADTALK DELIVERY


TALK TO US, WE'LL COME TO YOU


Pemasaran BreadTalk 

Experiental marketing merupakan suatu pendekatan dalam marketing yang sangat efektif karena konsumen akan dapat merasakan dan memperoleh pengalaman secara langsung melalui lima pendekatan. Experiental marketing pun sangat efektif untuk membangun brand awareness, brand perception, brand loyalty, dan brand equity. Adapun lima pendekatan yang harus ada dalam experiental marketing adalah sebagai berikut:
·         Sense. Sense berkaitan dengan gaya (styles) dan simbol verbal dan visual yang mampu menciptakan keutuhan sebuah kesan. Pada Breadtalk sendiri, setiap gerai dihiasi dengan lampu-lampu terang dan bernuansa coklat dan kuning keemasan, dan juga etalase-etalase yang dipergunakan untuk display roti sangat terang dan menarik sehingga membuat kesan tersendiri dan para konsumen mudah untuk mengingatnya.
·         Feel. Perasaan disini berkaitan dengan suasana hati dan emosi jiwa seseorang. Hal ini menyangkut suasana hati yang dapat menimbulkan perasaan senang dan sedih seseorang. Breadtalk sengaja melakukan proses produksi langsung di tempat pemasarannya. Hal ini dilakukan agar aroma yang keluar dari roti yang sedang dipanggang dapat memenuhi area mal. Setiap orang yang melewatinya pasti akan segera mencium aromanya yang sedap dan manis sehingga menimbulkan perasaan senang dan lapar sehingga mereka rela harus antri panjang untuk mendapatkannya.
·         Think. Dengan adanya proses berfikir akan merangsang kemampuan intelektual dan kreatifitas seseorang. Setelah konsumen membeli dan merasakan produk-produk Breadtalk, biasanya akan tertanam di kepala mereka rasa, aroma dan kelembutan roti tersebut sehingga membuat para konsumen kembali ke gerai tersebut dan membelinya kembali.
·         Act. Hal ini berkaitan dengan gaya hidup dan perilaku seseorang. Menurut penelitian, karena banyaknya konsumen yang sekarang ini lebih memilih berbelanja di mal daripada pasar tradisional, maka hal ini juga menyebabkan gaya hidup baru, untuk membeli roti di mal, yang sekarang ini masih dipelopori oleh Breadtalk yang membuka seluruh gerainya di dalam mal.
·         Relate. Relate berkaitan dengan budaya seseorang dan kelompok referensinya sehingga dapat menciptakan kelompok sosial. Dengan adanya konsep open-kitchen pada gerai-gerai Breadtalk, menciptakan konsumen yang menyukai keterbukaan dan dapat melihat secara langsung proses produksi dan dapur yang higienis.
Dalam Kotler dan Keller, mengutip pernyataan Schmitt bahwa pengalaman konsumen dapat dirasakan melalui experiental providers yaitu :
·         Communications, dapat dilakukan dengan pembuatan iklan yang menarik untuk dapat menyampaikan pesan yang dimaksud kepada konsumen, public relation yang baik dari perusahaan ke konsumen, penyajian laporan tahunan yang transparan kepada stakeholder, dan penyebaran brosur.
·         Visual/verbal identity. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat nama merk, logo ataupun signage yang dapat dimengerti dan diingat oleh masyarakat.
·         Product presense. Desain produk yang unik dan dapat diingat oleh konsumen, packaging dan point of sale displays yang menarik pun dapat menarik konsumen sehingga dapat mengingat produk tersebut.
·         Co-branding. Co-branding bertujuan untuk meningkatkan brand  image perusahaan di mata perusahaan lain. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan event marketing, menjadi sponsorship untuk event-event tertentu, menjalin partnership dengan perusahaan lain.
·         Environment. Lingkungan yang baik dan kondusif harus dibuat untuk membuat nyaman konsumen. Seperti pembangunan kios-kios ataupun gerai-gerai, interior kantor dan gedung, sehingga konsumen nyaman untuk berlama-lama berada di tempat tersebut.
·         Web sites dan media elektronik. Dengan dibuatnya situs-situs perusahaan, situs-situs produk, email untuk customer care, online advertising serta online selling dapat meningkatkan ketertarikan konsumen terhadap produk-produk yang dipasarkan.
·         People. Untuk meningkatkan ketertarikan dan kepercayaan terhadap produk-produk yang ditawarkan, tentu peran sales person, customer service, technical support, serta CEO dan eksekutif terkait lainnya harus memiliki kreatifitas, intelektualitas, dan pengetahuan yang sangat baik sehingga dibutuhkan sumber daya manusia berkualitas untuk dapat meraih hal tersebut.
Sedangkan untuk membangun brand equity, ada beberapa kriteria brand element yang perlu diperhatikan.
  • Memorable. Seberapa mudah brand element diingat dan dikenali.
  • Meaningful. Apakah brand element meyakinkan  dan mengindikasikan kategori yang sama? Apakah merekomendasikan sesuatu tentang bahan produk atau tentang orang-orang yang mungkin menggunakan produk itu?
  • Likable. Seberapa menarik penampilan brand element? Apakah disukai secara visual, verbal dan dalam cara lain?
  • Transferable. Dapatkah brand element digunakan untuk memperkenalkan produk baru pada kategori yang sama atau berbeda? Apakah dapat menambahkan brand equity di luar batas geografi dan segmen pasar?
  • Adaptable. Seberapa besar tingkat adaptasi dan update brand element tersebut?
  • Protectible. Seberapa legalkah brand element itu terproteksi? Seberapa kompetitifkah brand element itu terproteksi?

Strategi Pemasaran BreadTalk dan Persaingannya dengan Franchaise Lain.

Sejak didirikan pertama kali di Singapura, George Quek menerapkan experiental marketing dalam pemasarannya dengan cara membuat gerai-gerai yang menarik di mal-mal dengan warna coklat dan kuning keemasan, terang, bersih, rapi dan Breadtalk sendiri sengaja memperlihatkan proses pembuatan roti dari awal hingga akhir dan membiarkan aroma roti yang dipanggang tersebar ke penjuru mal. Tekstur roti yang diproduksi Breadtalk pun lembut sehingga berbeda dengan tekstur roti lainnya.
Strategi pemasaran Breadtalk dalam melakukan experiental marketing dalam pemasarannya pada bisnis roti merupakan pertama kali dilakukan di Singapura, dan setelah Johnny Andrean membeli lisensi serta menjadi franchisor Breadtalk, Breadtalk pun menjadi toko roti pertama di Indonesia yang mempergunakan experietal marketing dalam pemasarannya. Experiental marketing sendiri sengaja digunakan agar konsumen mendapatkan sebuah experience (pengalaman) dalam suatu produk atau jasa. Hal ini dilakukan agar konsumen selalu memiliki pengalaman dan sensasi yang tak terlupakan sehingga menjadi konsumen yang loyal. Perusahaan harus mampu memberikan emotional benefit terhadap para konsumennya sehingga konsumen akan selalu berusaha datang ke tempat tesebut.
Dalam membangun brand equity, brand element telah diterapkan dengan baik. Breadtalk merupakan brand yang mudah diingat untuk merk roti, berarti karena kemudian menjadi roti yang terus menerus dibicarakan, disukai,  dapat digunakan untuk produk lain seperti cake, bisa beradaptasi karena terbuka ditiru oleh kompetitornya.
Pendirian Breadtalk yang selalu berada di mal menjadi salah satu strategi pemasaran yang baik. Pada masa kini, masyarakat di Indonesia sudah mulai terbiasa dengan aktifitas jalan-jalan di mal. Siapa yang tidak tertarik apabila ketika sedang jalan-jalan di mal, merasa lapar dan mencium aroma wangi roti yang sedang dipanggang, dan ketika didekati gerai roti tersebut menawarkan suasana yang hangat, nyaman dan menyenangkan dengan menyajikan aneka roti, yang pada saat pertama kali didirikan di Mal Kelapa Gading, merupakan roti dengan bentuk dan aneka rasa yang baru dan berbeda dengan roti-roti yang ditawarkan oleh tempat lain. Belum lagi pelayanan yang diberikan oleh para karyawannya sangat baik dan cekatan sehingga antrian panjang dapat diselesaikan dengan baik. Dan pada saat mengantri, para konsumen disajikan pemandangan proses pembuatan roti yang baik, bersih, dengan bahan-bahan berkualitas, peralatan yang bersih dan higienis serta koki-koki yang cekatan. Hal ini tentu menjadi pengalaman sensasional tersendiri bagi konsumen Breadtalk sehingga menjadi tak terlupakan dan setiap datang ke mal, secara disengaja ataupun tidak disengaja, konsumen membeli produk-produk Breadtalk.
Breadtalk pun selalu memberikan berbagai inovasi dalam produk-produknya. Nama-nama produk yang dihasilkan pun menjadi salah satu penarik minat dan perhatian konsumen. Sebut saja Fire Floss yang merupakan produk andalan Breadtalk, pada saat pertama kali membeli, konsumen akan bertanya-tanya produk seperti apa yang ditawarkan dengan nama Fire Floss, dan kita akan segera membaca Storyboard (kartu penjelasan menu) yang diletakkan pada setiap produk roti yang disajikan. Lalu produk lainnya seperti Hamtaro yang lebih mirip dengan sebuah nama tokoh dalam film kartun. Setelah kita melihat produknya, rasanya sayang untuk memakan roti tersebut karena bentuknya yang lucu yang dibentuk mirip dengan tokoh kartun Hamtaro. Inovasi-inovasi tersebut selalu menciptakan sensasi tak terlupakan bagi para konsumen Breadtalk, sehingga pada saat sekarang ini, mulai banyak konsumen yang meninggalkan produk roti dengan jenis-jenis yang lebih tradisional dan beralih ke produk-produk inovasi baru seperti yang ditawarkan Breadtalk.
Tidak hanya itu, sensasi-sensasi yang diciptakan dari setiap gerai dan produk Breadtalk menanamkan ciri khas tersendiri di benak para konsumennya sehingga tercipta suatu brand image baru bahwa ternyata ada toko roti yang menyediakan produk-produk inovatif dengan mendirikan gerai-gerai yang indah dan nyaman. Brand image yang dibuat oleh Breadtalk sangat kuat sehingga bisa kita lihat banyak pesaing-pesaing yang bermunculan dengan mengikuti konsep dan produk yang hampir mirip dengan konsep dan produk yang dikeluarkan Breadtalk. Dengan berbagai inovasi yang selalu dikeluarkan Breadtalk seperti produk-produk yang semakin bervariasi, sepertinya Breadtalk akan dapat terus bertahan hingga tahun-tahun mendatang karena konsumen-konsumen Breadtalk telah loyal dalam memilih produk-produknya dan tidak terpengaruh dengan adanya pesaing-pesaing yang mirip dengan Breadtalk.
Salah satu pesaing Breadtalk yang telah memiliki brand image yang yang kuat akan roti adalah Holland Bakery. Holland Bakery selalu membuka gerainya di ruko tersendiri yang terpisah dari keramaian seperti mal. Hal ini menjadi kelemahan yang dilihat oleh Breadtalk sehingga dengan mendirikan gerai roti di dalam mal, tentu akan memiliki kesan dan ketertarikan tersendiri bagi konsumen. Brand image Hollad Bakery pun seakan tertutupi dan terganti dengan brand image Breadtalk. Sehingga bila dilihat dari semenjak didirikannya Breadtalk pertama kali pada tahun 2003 di Jakarta hingga sekarang, sustainability Breadtalk masih terus bertahan walaupun pesaing lain telah membuka gerai dengan konsep dan produk yang hampir sama dengan Breadtalk.
Breadtalk pun menjadi trendsetter untuk pemasaran roti dengan pendekatan baru yaitu experiental marketing. Banyak toko-toko roti baru bermunculan untuk menyaingi dan mengikuti gaya pemasaran Breadtalk. Sebut saja Bread Story, Bread King, dan Bread Life yang tidak hanya pemasarannya saja yang mengikuti Breadtalk, tetapi juga dari segi produk-produk yang dihasilkan pun mengikuti pemain pertamanya yaitu Breadtalk.

sumber: 

1 komentar: