BreadTalk, Franchaise Asal Singapura
Sejarah BreadTalk
Roti mungkin
memang menjadi makanan pokok bagi orang-orang Amerika dan Eropa, namun pada
masa kini, oarng-orang timur pun yang selalu terbiasa dengan beras sekarang
mulai perlahan-lahan beralih dan terbiasa dengan roti. Roti menjadi makanan
pengisi perut di saat senggang. Sekarang pun dapat kita lihat berbagai toko
roti yang bermunculan dimana-mana, contohnya Holland Bakery, Monami, Sari Roti,
Roti Buana dan masih banyak lagi toko roti lain yang bermunculan pada masa
sekarang ini. Namun, toko-toko roti tersebut sebagian besar masih menawarkan
pemasaran tradisional yang hanya memasarkan hasil produksi roti kepada
konsumen. Mari kita bandingkan dengan Breadtalk, sebuah toko roti bernuansa
modern yang mulai menerapkan pemasaran baru yaitu experiental marketing yang memasarkan hasil produksinya untuk dapat
dirasakan lebih oleh konsumennya dengan membuka gerai-gerai yang menarik, dan
memperlihatkan proses produksi mereka kepada konsumen. Dan yang menambah rasa
tertarik konsumen untuk mendatangi gerai-gerainya karena mereka mencium aroma yang
sangat menggiurkan
Breadtalk
sendiri didirikan di Singapura oleh George Quek dan di Indonesia sendiri,
pemegang lisensi sekaligus franchisor
pertama di luar Singapura dipegang oleh Johnny Andrean, seorang penata rambut
terkemuka di Indonesia. Gerai Breadtalk pertama di Indonesia dibuka di Mal
Kelapa Gading 3 No. G-14 pada tanggal 29 Maret 2003. Breadtalk langsung
mempergunakan pemasarannya yang lain dari toko roti lain dan lebih inovatif,
kreatif, dan berkualitas sehingga mampu mengundang banyak konsumen, yang
menyebabkan antrian panjang untuk membeli produk tersebut.
Di negara asalnya,
Singapura, BreadTalk juga mendapatkan penghargaan sebagai Singapore Promising
Brand Award, Most Popular Brand 2002, Singapore Promising Brand Award, Most
Distinctive Brand 2003-2004 versi Association of Small and Medium Enterprise (ASME).
BreadTalk
menghadirkan pelayanan baru yang memudahkan para konsumer setianya dengan
layanan
BREADTALK DELIVERY
TALK TO US, WE'LL COME TO YOU
Pemasaran BreadTalk
Experiental marketing merupakan suatu
pendekatan dalam marketing yang sangat efektif karena konsumen akan dapat
merasakan dan memperoleh pengalaman secara langsung melalui lima pendekatan. Experiental marketing pun sangat efektif
untuk membangun brand awareness, brand
perception, brand loyalty, dan brand
equity. Adapun lima pendekatan yang harus ada dalam experiental marketing adalah sebagai berikut:
·
Sense. Sense berkaitan dengan gaya (styles) dan simbol verbal dan visual
yang mampu menciptakan keutuhan sebuah kesan. Pada Breadtalk sendiri, setiap gerai
dihiasi dengan lampu-lampu terang dan bernuansa coklat dan kuning keemasan, dan
juga etalase-etalase yang dipergunakan untuk display roti sangat terang dan menarik sehingga membuat kesan
tersendiri dan para konsumen mudah untuk mengingatnya.
·
Feel. Perasaan
disini berkaitan dengan suasana hati dan emosi jiwa seseorang. Hal ini
menyangkut suasana hati yang dapat menimbulkan perasaan senang dan sedih
seseorang. Breadtalk sengaja melakukan proses produksi langsung di tempat
pemasarannya. Hal ini dilakukan agar aroma yang keluar dari roti yang sedang
dipanggang dapat memenuhi area mal. Setiap orang yang melewatinya pasti akan
segera mencium aromanya yang sedap dan manis sehingga menimbulkan perasaan
senang dan lapar sehingga mereka rela harus antri panjang untuk mendapatkannya.
·
Think. Dengan adanya
proses berfikir akan merangsang kemampuan intelektual dan kreatifitas
seseorang. Setelah konsumen membeli dan merasakan produk-produk Breadtalk,
biasanya akan tertanam di kepala mereka rasa, aroma dan kelembutan roti
tersebut sehingga membuat para konsumen kembali ke gerai tersebut dan
membelinya kembali.
·
Act. Hal ini
berkaitan dengan gaya hidup dan perilaku seseorang. Menurut penelitian, karena
banyaknya konsumen yang sekarang ini lebih memilih berbelanja di mal daripada
pasar tradisional, maka hal ini juga menyebabkan gaya hidup baru, untuk membeli
roti di mal, yang sekarang ini masih dipelopori oleh Breadtalk yang membuka
seluruh gerainya di dalam mal.
·
Relate. Relate berkaitan dengan budaya seseorang
dan kelompok referensinya sehingga dapat menciptakan kelompok sosial. Dengan
adanya konsep open-kitchen pada
gerai-gerai Breadtalk, menciptakan konsumen yang menyukai keterbukaan dan dapat
melihat secara langsung proses produksi dan dapur yang higienis.
Dalam
Kotler dan Keller, mengutip pernyataan Schmitt bahwa pengalaman konsumen dapat
dirasakan melalui experiental providers
yaitu :
·
Communications, dapat dilakukan
dengan pembuatan iklan yang menarik untuk dapat menyampaikan pesan yang
dimaksud kepada konsumen, public relation
yang baik dari perusahaan ke konsumen, penyajian laporan tahunan yang
transparan kepada stakeholder, dan
penyebaran brosur.
·
Visual/verbal
identity.
Hal ini dapat dilakukan dengan membuat nama merk, logo ataupun signage yang dapat dimengerti dan
diingat oleh masyarakat.
·
Product presense. Desain produk
yang unik dan dapat diingat oleh konsumen, packaging
dan point of sale displays yang menarik
pun dapat menarik konsumen sehingga dapat mengingat produk tersebut.
·
Co-branding. Co-branding bertujuan untuk meningkatkan
brand
image perusahaan di mata perusahaan lain. Hal ini bisa dilakukan
dengan melakukan event marketing,
menjadi sponsorship untuk event-event tertentu, menjalin partnership dengan perusahaan lain.
·
Environment. Lingkungan
yang baik dan kondusif harus dibuat untuk membuat nyaman konsumen. Seperti
pembangunan kios-kios ataupun gerai-gerai, interior kantor dan gedung, sehingga
konsumen nyaman untuk berlama-lama berada di tempat tersebut.
·
Web sites dan media
elektronik. Dengan dibuatnya situs-situs perusahaan, situs-situs produk, email untuk customer care, online advertising serta online selling dapat meningkatkan ketertarikan konsumen terhadap
produk-produk yang dipasarkan.
·
People. Untuk
meningkatkan ketertarikan dan kepercayaan terhadap produk-produk yang
ditawarkan, tentu peran sales person,
customer service, technical support, serta CEO dan eksekutif terkait
lainnya harus memiliki kreatifitas, intelektualitas, dan pengetahuan yang
sangat baik sehingga dibutuhkan sumber daya manusia berkualitas untuk dapat
meraih hal tersebut.
Sedangkan
untuk membangun brand equity, ada
beberapa kriteria brand element yang
perlu diperhatikan.
- Memorable. Seberapa mudah brand element diingat dan dikenali.
- Meaningful. Apakah brand element meyakinkan dan mengindikasikan kategori yang sama? Apakah merekomendasikan sesuatu tentang bahan produk atau tentang orang-orang yang mungkin menggunakan produk itu?
- Likable. Seberapa menarik penampilan brand element? Apakah disukai secara visual, verbal dan dalam cara lain?
- Transferable. Dapatkah brand element digunakan untuk memperkenalkan produk baru pada kategori yang sama atau berbeda? Apakah dapat menambahkan brand equity di luar batas geografi dan segmen pasar?
- Adaptable. Seberapa besar tingkat adaptasi dan update brand element tersebut?
- Protectible. Seberapa legalkah brand element itu terproteksi? Seberapa kompetitifkah brand element itu terproteksi?
Strategi Pemasaran BreadTalk dan Persaingannya
dengan Franchaise Lain.
Sejak didirikan
pertama kali di Singapura, George Quek menerapkan experiental marketing dalam pemasarannya dengan cara membuat
gerai-gerai yang menarik di mal-mal dengan warna coklat dan kuning keemasan,
terang, bersih, rapi dan Breadtalk sendiri sengaja memperlihatkan proses
pembuatan roti dari awal hingga akhir dan membiarkan aroma roti yang dipanggang
tersebar ke penjuru mal. Tekstur roti yang diproduksi Breadtalk pun lembut
sehingga berbeda dengan tekstur roti lainnya.
Strategi
pemasaran Breadtalk dalam melakukan experiental
marketing dalam pemasarannya pada bisnis roti merupakan pertama kali
dilakukan di Singapura, dan setelah Johnny Andrean membeli lisensi serta menjadi
franchisor Breadtalk, Breadtalk pun
menjadi toko roti pertama di Indonesia yang mempergunakan experietal marketing dalam pemasarannya. Experiental marketing sendiri sengaja digunakan agar konsumen
mendapatkan sebuah experience (pengalaman)
dalam suatu produk atau jasa. Hal ini dilakukan agar konsumen selalu memiliki
pengalaman dan sensasi yang tak terlupakan sehingga menjadi konsumen yang
loyal. Perusahaan harus mampu memberikan emotional
benefit terhadap para konsumennya sehingga konsumen akan selalu berusaha datang
ke tempat tesebut.
Dalam
membangun brand equity, brand element telah diterapkan dengan
baik. Breadtalk merupakan brand yang
mudah diingat untuk merk roti, berarti karena kemudian menjadi roti yang terus
menerus dibicarakan, disukai, dapat
digunakan untuk produk lain seperti cake,
bisa beradaptasi karena terbuka ditiru oleh kompetitornya.
Pendirian
Breadtalk yang selalu berada di mal menjadi salah satu strategi pemasaran yang
baik. Pada masa kini, masyarakat di Indonesia sudah mulai terbiasa dengan
aktifitas jalan-jalan di mal. Siapa yang tidak tertarik apabila ketika sedang
jalan-jalan di mal, merasa lapar dan mencium aroma wangi roti yang sedang
dipanggang, dan ketika didekati gerai roti tersebut menawarkan suasana yang
hangat, nyaman dan menyenangkan dengan menyajikan aneka roti, yang pada saat
pertama kali didirikan di Mal Kelapa Gading, merupakan roti dengan bentuk dan
aneka rasa yang baru dan berbeda dengan roti-roti yang ditawarkan oleh tempat
lain. Belum lagi pelayanan yang diberikan oleh para karyawannya sangat baik dan
cekatan sehingga antrian panjang dapat diselesaikan dengan baik. Dan pada saat
mengantri, para konsumen disajikan pemandangan proses pembuatan roti yang baik,
bersih, dengan bahan-bahan berkualitas, peralatan yang bersih dan higienis
serta koki-koki yang cekatan. Hal ini tentu menjadi pengalaman sensasional
tersendiri bagi konsumen Breadtalk sehingga menjadi tak terlupakan dan setiap datang
ke mal, secara disengaja ataupun tidak disengaja, konsumen membeli
produk-produk Breadtalk.
Breadtalk
pun selalu memberikan berbagai inovasi dalam produk-produknya. Nama-nama produk
yang dihasilkan pun menjadi salah satu penarik minat dan perhatian konsumen.
Sebut saja Fire Floss yang merupakan
produk andalan Breadtalk, pada saat pertama kali membeli, konsumen akan
bertanya-tanya produk seperti apa yang ditawarkan dengan nama Fire Floss, dan kita akan segera membaca
Storyboard (kartu penjelasan menu)
yang diletakkan pada setiap produk roti yang disajikan. Lalu produk lainnya
seperti Hamtaro yang lebih mirip dengan sebuah nama tokoh dalam film kartun.
Setelah kita melihat produknya, rasanya sayang untuk memakan roti tersebut
karena bentuknya yang lucu yang dibentuk mirip dengan tokoh kartun Hamtaro.
Inovasi-inovasi tersebut selalu menciptakan sensasi tak terlupakan bagi para
konsumen Breadtalk, sehingga pada saat sekarang ini, mulai banyak konsumen yang
meninggalkan produk roti dengan jenis-jenis yang lebih tradisional dan beralih
ke produk-produk inovasi baru seperti yang ditawarkan Breadtalk.
Tidak
hanya itu, sensasi-sensasi yang diciptakan dari setiap gerai dan produk
Breadtalk menanamkan ciri khas tersendiri di benak para konsumennya sehingga
tercipta suatu brand image baru bahwa
ternyata ada toko roti yang menyediakan produk-produk inovatif dengan
mendirikan gerai-gerai yang indah dan nyaman. Brand image yang dibuat oleh Breadtalk sangat kuat sehingga bisa
kita lihat banyak pesaing-pesaing yang bermunculan dengan mengikuti konsep dan
produk yang hampir mirip dengan konsep dan produk yang dikeluarkan Breadtalk. Dengan
berbagai inovasi yang selalu dikeluarkan Breadtalk seperti produk-produk yang
semakin bervariasi, sepertinya Breadtalk akan dapat terus bertahan hingga
tahun-tahun mendatang karena konsumen-konsumen Breadtalk telah loyal dalam
memilih produk-produknya dan tidak terpengaruh dengan adanya pesaing-pesaing
yang mirip dengan Breadtalk.
Salah
satu pesaing Breadtalk yang telah memiliki brand
image yang yang kuat akan roti adalah Holland Bakery. Holland Bakery selalu
membuka gerainya di ruko tersendiri yang terpisah dari keramaian seperti mal.
Hal ini menjadi kelemahan yang dilihat oleh Breadtalk sehingga dengan
mendirikan gerai roti di dalam mal, tentu akan memiliki kesan dan ketertarikan
tersendiri bagi konsumen. Brand image
Hollad Bakery pun seakan tertutupi dan terganti dengan brand image Breadtalk. Sehingga bila dilihat dari semenjak
didirikannya Breadtalk pertama kali pada tahun 2003 di Jakarta hingga sekarang,
sustainability Breadtalk masih terus
bertahan walaupun pesaing lain telah membuka gerai dengan konsep dan produk
yang hampir sama dengan Breadtalk.
Breadtalk
pun menjadi trendsetter untuk
pemasaran roti dengan pendekatan baru yaitu experiental
marketing. Banyak toko-toko roti baru bermunculan untuk menyaingi dan
mengikuti gaya pemasaran Breadtalk. Sebut saja Bread Story, Bread King, dan
Bread Life yang tidak hanya pemasarannya saja yang mengikuti Breadtalk, tetapi
juga dari segi produk-produk yang dihasilkan pun mengikuti pemain pertamanya
yaitu Breadtalk.
sumber:
sumber:
- http://id.wikipedia.org/wiki/BreadTalk
- http://www.scribd.com/doc/42040777/Experiental-Marketing-Breadtalk
- www.breadtalkindonesia.com/
thx u
BalasHapus